Beliau adalah Bapak Taufiq Effendi, dosen pada jurusan Bahasa Inggris. Aku tak habis pikir dan belum bisa mendapatkan jawaban bagaimana cara beliau menulis makalah, membaca buku yang banyak sekali , saat itu aku tak punyabanyak waktu untuk bisa mengenal lebih dalam sosok beliau yang sangat pintar, seorang dosen yang telah 8 kali mendapatkan tawaran beasiswa keluar negeri.
Belajar dari pengalaman hidupnya yang
gelap, berawal dari saat dia tertabrak sebuah bajaj dan ada benturan di
kepalanya, Beliau mengakui saat itu beliau tak mau jujur sama orang tuanya yang
begitu sibuk dalam mencari uang buat kehidupan keluarganya, Beliau juga
mengakui bahwa sejak kecilnya beliau selalu ditinggal ayah dan ibunya bekerja
sampai-sampai beliau sering dititipkan dengan tetangga dan karena malu harus
minta dengan tetangga, beliau pernah mencuri makanan di warung dekat rumahnya.
Sebuah Kisah yang penuh hikmah buat
diriku dan para ibu-ibu yang lain, betapa kesibukan kita sebagai pekerja,
wanita karir, jangan sampai melalaikan kewajiban memantau anak, memperhatikan
pendidikan dan kesehatannya. Bapak Taufik Effendi ini bukanlah
tunanetra sejak lahir, beliau baru merasa total tidak melihat saat sma, beliau
sempat merasakan stress dan keluarga merasa terpukul saat mengetahui bahwa
kedua matanya dinyatakan positif buta oleh dokter. Mungkin ini disebabkan
karena kurang cepatnya penanganan saat mengalami kecelakaan ditabrak bajaj
sebelumnya, Dua tahun beliau mengalami stress berat dan tanpa disangka
dan di duga beliau harus mengenal sekolah luar biasa, sekolah tuna netra,
mengenal huruf braille dan berkumpul dengan para tuna netra lainnya.
Untung keadaan stress dan putus asa itu
tak berlangsung lama, hanya dalam 2 tahun Beliau bangkit untuk menggapai
cita-cita yang lebih baik lagi, beliau melanjutkan pendidikan SMAnya di
sebuah sekolah swasta di Bekasi, walaupun dengan nilai pas-pasan, beliau
termasuk siswa yang cukup cerdas dari segi ukuran siswa tunanetra. Dengan
sedihnya beliau menceritakan bahwa orang tuanya sudah menghabiskan banyak uang
untuk membiayai pengobatannya, operasi sana-sini dan usaha apa saja buat
penyembuhan dirinya.
Namun Pak Taufik Effendi ini orang yang tak patah semangat sejak dia buta, ada kebiasaan baru yang dia lakukan untuk dia bisa bangkit antara lain kebiasaan menguping dan kebiasaan meraba (hampir semua peserta seminar dalam Intip Buku di BI tersebut tertawa mendengar pernyataan hobby beliau ini).
Namun Pak Taufik Effendi ini orang yang tak patah semangat sejak dia buta, ada kebiasaan baru yang dia lakukan untuk dia bisa bangkit antara lain kebiasaan menguping dan kebiasaan meraba (hampir semua peserta seminar dalam Intip Buku di BI tersebut tertawa mendengar pernyataan hobby beliau ini).
Beliau selalu berusaha menguping apa
saja yang dijelaskan oleh guru dan dosennya, materi-materi pelajaran yang
sangat bermanfaat, dan dia selalu belajar meraba dengan tongkatnya mengenal
tempat-tempat agar terbiasa untuk berjalan sendiri tanpa bantuan orang
lain. Tidak sedikit peristiwa tertabrak tiang, jatuh ke got dan
peristiwa-peristiwa yang dialami oleh tunanetra baru ini. Pernah
beliau juga tampak sedih karena keluarganya seperti meremehkan Beliau dan
menyuruh beliau untuk menjadi tukang pijat seperti umumnya tuna netra lainnya. Untuk itu beliaupun bertekad untuk belajar giat dan akan menunjukkan kepada
semua orang bahwa keadaan Beliau seperti ini tidak akan menjadikan orang lain
menyepelekan dia.
Mendengar cerita-cerita beliau ini aku pribadi tak kuasa menahan air mataku, betapa aku sangat sedih dengan nasib pak taufik ini. Tisu yang tersimpan dalam tasku terpaksa aku keluarkan untuk menghapus air mataku yang tak terasa mengalir dipipiku. Ak yakin pak taufikpun menceritakan ini semua dalam keadaan yang sangat sedih juga karena dipenghujung ceritanya Beliau tampak menghapuskan airmatanya juga. Sungguh cerita yang menakjubkan bagi diriku dan bagi semua orang yang mendengarkannya saat itu.
Mendengar cerita-cerita beliau ini aku pribadi tak kuasa menahan air mataku, betapa aku sangat sedih dengan nasib pak taufik ini. Tisu yang tersimpan dalam tasku terpaksa aku keluarkan untuk menghapus air mataku yang tak terasa mengalir dipipiku. Ak yakin pak taufikpun menceritakan ini semua dalam keadaan yang sangat sedih juga karena dipenghujung ceritanya Beliau tampak menghapuskan airmatanya juga. Sungguh cerita yang menakjubkan bagi diriku dan bagi semua orang yang mendengarkannya saat itu.
Namun aku malu, saat dia bercerita bahwa dengan keadaan seperti ini dia bangkit untuk melanjutkan kuliah bahkan beliau pernah sampai 8 kali mendapatkan tawaran kuliah diluar negeri. Beliau lulusan sarjana dari London. Sungguh cerita yang sangat ironi terhadap diriku…..aku sebagai manusia yang sempurna masih belum banyak melakukan hal yang terbaik seperti beliau. Untuk itu aku bertekad keras bahwa aku harus banyak bersyukur kepada Allah dan harus bangkit menjadi yang lebih baik dari hari ini, banyak belajar dari pengalaman beliau, walaupun ada pengalaman-pengalaman pahit yang beliau rasakan.
Hikmah besar yang sudah diberikan Beliau kepadaku adalah kesibukan orang tuanya yang menuntut biaya yang besar buat keluarganya membuat aku harus betul-betul bisa membagi waktu, manajemen waktu yang sangat bermanfaat buat diriku, suami dan anak-anakku, juga buat masyarakat. Sesibuk apapun kita harus meluangkan waktu untuk berkomunikasi buat anak, memperhatikan mereka dan bertanya apa saja yang terjadi pada anak kita setiap hari . Pertemuan dengan anak tidak mesti kuantitas tetapi kualitas.
Cerita-ceritanya pada seminar ini hanya ingin menggugah para orang tua dan saudara-saudaranya agar dapat lebih dekat dengan keluarga dan lebih memperharikan putra-putrinya sesibuk apapun kita. Sukses selalu buat Bapak Taufik Effendi, siapa tahu Allah memberikan rahmat dan hidayahNya dan sesuatu yang tidak mungkin menurut manusia tapi mungkin saja menurut Allah Pak Taufik bisa melihat kembali. Sabar ya pak!!! Allahu Akbar!!
No comments:
Post a Comment